CINTA SEGITIGA Pandemi, Pendidikan dan Teknologi
Mendengar frasa “Cinta Segitiga” yang muncul dalam benak kita adalah sesuatu yang nilainya negatif, seperti penghianatan, kekecewaan dan kehancuran. Jika hal ini terjadi di antara pasangan manusia pastilah sangat disayangkan dan pastinya kita tidak berharap hal itu terjadi dalam diri kita, maupun lingkungan di sekitar kita karena akan membuat keresahan. Namun, bagaimana cinta segitiga itu terjadi antara Pandemi, Pendidikan dan teknologi yang berkembang sekarang? Utamanya dampaknya bagi kita yang bergerak di lingkungan sekolah? Lalu bagaimana kita menyikapi itu semua?
Seperti yang sedang kita alami bersama, pandemi Covid-19 membawa banyak dampak terhadap kehidupan manusia. Segala sektor tidak dapat mengelak dari dampak yang disebabkannya, tak terkecuali dunia pendidikan. Sangat terasa berbeda kualitas pendidikan saat pandemi seperti sekarang dibandingkan dengan kondisi saat normal. Hal yang paling menonjol adalah kebijalan pemerintah terkait pembelajaran jarak jauh. Hal ini membawa banyak perubahan dalam pendidikan anak.
Beberapa dampak negatif dari pembelajaran jarak jauh diantaranya adalah kurang maksimalnya proses transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa, pembelajaran moral dan sosial antar siswa tidak ada, kontrol terhadap belajar siswa juga berkurang. Hal tersebut menjadikan pendidikan di Indonesia semakin merosot. Hal ini dibenarkan oleh pengamat Pendidikan Perguruan Taman Siswa, Darmaningtyas menyebut kualitas pendidikan di masa pandemi covid-19 dipastikan turun.
Menurutnya, hal itu fakta kualitas pendidikan yang tak bisa diperdebatkan lagi. “Banyak sekolah yang tidak menuntaskan pembelajaran. Dengan begitu Saya sepakat jika kualitas pendidikan pasti turun, tidak usah diperdebatkan lagi,” ungkap Darmaningtyas dalam Diskusi Daring bertema “Mas Nadiem Bisa Apa?”, Selasa malam, 30 Juni 2020. Pergulatan pandemi covid-19 dengan dunia pendidikan tidak berhenti disitu saja. Masih terdapat banyak fakta yang perlu kita ketahui terutama berkaitan dengan pembelajaran siswa.
Retaknya pendidikan karena pandemi melahirkan suasana getir bagi masyarakat Indonesia. Situasi getir seperti diatas memberi kesempatan yang luas pada dunia teknologi untuk masuk kedalam permasalahan tersebut. Teknologi memberi angin segar bagi dunia pendidikan untuk menangani masalah mereka bersama pandemi. Seperti halnya kita tahu di zaman modern seperti sekarang ini teknologi memudahkan dalam segala urusan, tak terkecuali dalam dunia pendidikan dan bahkan pengelolaan data di sekolah sudah berbasis komputer. Bahkan kita dapat menilik fakta bahwa covid-19 memberi dampak kemajuan terhadap startup teknologi pendidikan atau edtech.
Guru dan pada pendidik lainnya dapat menggunakna teknologi yang ada saat ini, seperti teknologi internet yang dapat diakses oleh setiap orang. Guru juga bisa bertatap muka dengan siswa secara daring melalui aplikasi jejaring sosial maupun aplikasi lainnya yang dapat menunjang pendidikan. Di sektor lain juga dimudahkan dalam dunia pendidikan, selain dalam administrasi kependidikan, administrasi keuangan juga dapat memanfaatkan teknologi jejaring internet. Bahkan di beberapa sekolah sekarang sudah mulai merintis aplikasi berbasis internet yang bisa diakses siswa maupun wali siswa untuk melihat semua aktifitas siswa, baik dalam pembelajaran maupun hal lainnya. Bahkan siswa dapat memanfaatkan Platfom layanan pendidikan swasta yang banyak bermunculan belakangan ini.
Namun, apakah semua bayangan kemudahan itu dapat dijalankan dengan mudah pula?
Menilik fakta yang ditulis dalam laman detik.com yang diunggal pada masa awal pandemi muncul di Indonesia (08/04/20) menyebutkan 5 pendidikan dimasa pandemi. Diantaranya adalah ternyata hanya 34% guru yang melakukannya. Alasannya, tidak banyak siswa memiliki perangkat komputer. Selain itu juga kemampuan menggunakan komputer dan internet belum dikuasai oleh banyak siswa, termasuk juga guru senior. Apalagi di beberapa tempat 34% guru masih mengeluh terkait dengan kualitas jaringan internetnya.
Penggunaan HP juga hanya dilakukan oleh 63%; ini merupakan presentase terbesar pembelajaran di rumah. Komunikasi dilakukan melalui WA atau SMS; beberapa guru menggunakan video call untuk kontak langsung; sementara yang lain, guru men-download materi dari internet atau Youtube, kemudian mengirimkan ke muridnya. Dengan HP, masing-masing siswa belajar di rumah, mengerjakan tugas dan mengumpulkan hasilnya sesuai petunjuk dan jadwal yang diberikan guru. Beberapa guru (37%) tidak melakukan pembelajaran berbantu HP karena banyak murid tidak memiliki HP. Kebijakan murid belajar di rumah hanya menguntungkan keluarga mampu/kaya saja. Berdasarkan fakta yang dipaparkan di atas, muncul dugaan apakah kebijakan belajar di rumah hanya menguntungkan murid dari keluarga orang kaya? Dugaan ini ternyata dibenarkan oleh 49% responden.
Salahsatu bentuk solusi yang ditawarkan pemerintah seharusnya tidak hanya memberikan pulsa maupun internet gratis kepada siswa, namun lebih menilik pada pusat masalah yang sedang dihadapi. Salahsatunya adalah pemerintah harus segera mengupayakan pembenahan infrastruktur penunjang, seperti jaringan internet dan fasilitas layanan internet di daerah daerah pinggiran dan tertinggal. Dengan pembenahan ini setidaknya memberikan peluang lebih besar kepada siswa untuk mendapatkan pendidikan yang layak dalam masa pandemi.
Teknologi juga menjadi cambukan bagi siswa di masa pandemi. Bagaimana tidak, pengaruh pandemi terhadap perekonomian juga membuat harga beli barang penunjang teknologi pembelajaran seperti HP dan lainnya menjadi melambung. Hal ini menambah jumlah PR pemerintah dan bagi para pendidik.
Sebagai ujung tombak yang berada di lapangan, pendidik juga diharapkan mambu membaca situasi dalam pembelajaran yang dilaksanakan secara jarak-jauh tersebut. mengupayakan bagaimana pembelajaran yang seefektif mungkin sehingga siswa dapat mendapat pembelajaran yang layak. Cinta segitiga antara pandemi, pendidikan dan dunia teknologi ini seharusnya dapat segera didamaikan dan diupayakan solusinya khususnya oleh pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan umumnya kepada kita semua untuk bisa menyongsong kebijakan pemerintah dengan baik.
Leave a Reply