MENJAGA SEMANGAT IBADAH DI BULAN RAMADHAN
Ramadhan | Noor Aliyah, S.Ag – MENJAGA SEMANGAT IBADAH DI BULAN RAMADHAN
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki. (QS. Al-Jumu’ah ayat 11)
Asbabun nuzul (sebab turunnya) Surat Al Jumuah ayat 11 berkenaan dengan peristiwa Shalat Jumat yang ditinggalkan para sahabat untuk melihat kafilah dagang dari Syam. Diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdullah menceritakan, saat itu Rasulullah sedang menyampaikan khutbah Jumat di Madinah. Lalu kafilah dagang dari Syam tiba di Madinah dan seketika itu pula para sahabat berhamburan keluar masjid menyambut para kafilah tersebut. Sahabat yang tetap duduk mendengar khutbah Rasulullah hanya 12 orang.
Berdasarkan asbabun nuzul tersebut Allah memberikan gambaran kepada manusia bahwa manusia mempunyai fitroh untuk bersenang-senang. Bahkan pada saat sedang melaksanakan ibadah mahdhohpun masih berpeluang untuk meninggalkan demi kesenangan duniawi. Apalagi ibadah-ibadah yang ghairu mahdhoh. Pada kalimat awal ayat ini di mulai dengan kata tijaroh, kemudian lahwun tapi pada kalimat berikutnya mengalami pengulangan yang di mulai dengan kata lahwun (permainan) baru tijaroh (perdagangan). Ternyata Allah menyindir manusia dengan menyisipkan pesan bahwa tidak semua orang yang berada dalam transaksi perdagangan adalah selalu melakukan akad jual beli. Terkadang mereka hanya melihat-lihat atau hanya sekedar mencari hiburan dari kepenatan.
Jika kita kaitkan dengan kondisi kita saat ini, banyak hal-hal yang sifatnya lahwun yang membuat fokus kita mudah sekali terganggu bahkan beralih pada permainan yang melenakan. Seperti halnya ketika kita sedang mengerjakan tugas sekolah dan mengalami kepenatan dan kelelahan. Kemudian kita scroll hp dengan niat untuk mencari hiburan sejenak. Tetapi seringkali yang terjadi pekerjaan tidak selesai tepat waktu karena fokus beralih ke hiburan lain. Hal inilah yang menyebabkan prioritas kita berantakan dan berakhir dengan merugi.
Mayoritas bangsa Indonesia adalah muslim tetapi masih banyak yang kurang dapat menghargai waktu. Salah satu sebabnya karena kurang bersyukur atas rejeki waktu dan kesempatan yang Allah berikan sehingga tak merasa malu untuk menomorduakan Allah. Padahal tujuan utama Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah ( Adzdzariyat 56). Makna ibadah adalah bentuk ketaatan kita pada Allah tanpa syarat, maka di sepuluh terakhir bulan Ramadhan seharusnya menjadi prioritas kita untuk semakin memperbanyak ibadah kepada Allah baik yang mahdhoh maupun ghairu mahddoh. Ada beberapa tips yang dapat membantu kita agar di sepuluh terakhir ramadhan dapat menjaga konsistensi dalam beribadah dan beramal sholih, diantaranya adalah :
- Menata niat, Innamal a’malu binniat, segala sesuatu yang kita kerjakan sangat bergantung pada niat kita. Maka luruskan niat kita bahwa semua amal sholih kita adalah lillah, hanya untuk Allah.
- Menyelesaikan target. Apa yang kita targetkan di awal ramadhan dapat terpenuhi
- Meniatkan semua amal sholih untuk ibadah
- I’tikaf, bagi yang terkendala beri’tikaf setidaknya kita menyediakan ruang dan waktu untuk semakin fokus beribadah karena mumpung ini adalah momen penting yang tidak ada selain di bulan ramadhan, yaitu lailatul qadar. Yang nilainya lebih baik dari seribu bulan atau kurang lebih 83 tahun.
Inilah beberapa tips untuk menjaga konsistensi ibadah kita di bulan ramadhan semoga kita dapat menjadi hamba yang Rabbaniyyun bukan hanya ramadhaniyyun. Artinya bukan menjadi hamba yang mencari pahala di bulan ramadhan saja tetapi menjadi hamba yang menjaga konsistensi ibadah dan amal sholih pada 11 bulan berikutnya.
Wallahu a’lam bishshowab
(Disarikan dari kajian Matahari Pagi Ramadhan/MAPARA III ke 20 oleh ustadzah Hayati Nufus, S.E, M.Ag, Kepala Sekolah MI Muhammmadiyah Bloran Karanganyar)
Leave a Reply